Sabtu, 19 Januari 2013

30th Syndrome (end)



February 30th-2
     Aku menghabiskan waktuku dengan airmata. Aku harus mulai melangkah, tapi kenangan akan wajahmu membuatku takut. Aku takut kepada setiap desir angin yang terdengar seperti suaramu. Aku takut kepada setiap bias cahaya yang membentuk siluet tubuhmu. Aku takut pada tawa renyah orang-orang di sekitarku yang menyerupai tawamu, bahkan aku menyadari bahwa aku takut pada pikiranku sendir. Aku takut pada sang malam, pada sang pagi dimana merupakan waktu yang riskan untuk mengingatmu.
     24 jam mulai menjadi sebuah masalah bagiku, menjadi waktu yang panjang dimana kamu menyiksaku dengan kenangan. Ponsel yang berderit-derit itu pun tak sanggup ku tengok, karna ketika melihatnya, ingatan bahwa ponsel itu benda ‘kita’ menyeruak menembus dinding-dinding pikiranku dan menyayatnya.
March 30th-2
     Aku mulai bisa membatasi pikiranku tentangmu dengan menjauhi hal-hal yang berhubungan dengan kita. Tapi jujur saja aku lelah, karna hanya untuk pergi ke kantor aku harus terus menekan jantungku demi mengurangi debarannya. Suatu kebetulan mungkin, kantorku kini berada di belakang jalan kantormu dulu. Yang dulu selalu ku lalui bersamamu untuk mengantar dan menjemputmu setiap hari. Terbayang saat ini seakan di sebelahku ada ‘kita’ yang sedang berangkulan di tengah teriknya siang atau dinginnya malam, membuatku merind… ah. Kata apa itu? Aku sudah membuangnya dari pikiranku.
April 30th-2
     Namanya Reza dan ia sedang menemaniku menghabiskan sebuah hari yang aku yakin nantinya akan membunuhku. Aku tak tau mengapa tanggal ini malah membawa kepedihan bagiku, padahal aku sudah menetapkan akan melupakanmu dan berbahagia dengan hidupku. Apakah ini teguran dari ikrarku untuk menunggumu? Tapi aku juga ingin bahagia, ingin di sayangi, ingin di perhatikan!
     Tunggu! Aku rasa ini memang harga yang harus ku bayar dalam menantimu. Aku memiliki hal-hal itu ketika bersamamu tapi aku menyia-nyiakannya, jadi sekarang aku akan berjuang untuk hal itu kembali. Tenanglah Ju, aku sudah kembali pada ikrarku. Aku akan menantimu sampai waktu yang memungkinkan untuk memintamu kembali. Hei! Ada perasaan lega di hatiku.
May 30th-2
     Aku berderai air mata sambil menggenggam ponselku erat-erat. Maafkan aku Ju, tiba-tiba saja aku harus mengingkari janjiku menunggu dalam diam dan memintamu kembali sekarang. Aku hanya… hanya tidak mampu membendung rinduku padamu. Maaf, kau tak perlu menembakiku dengan kata-kata yang merendahkanku seperti itu. Aku tau aku hina, sampai-sampai memintamu dengan seenaknya untuk kembali, tapi… maaf Ju, maaf… aku tak punya alasan, aku hanya sekedar merindukanmu di tanggal ini.
June 30th-2
     Apa kabarmu disana Ju? Akhirnya aku mampu kembali dalam penantian diamku untukmu. Walaupun kini hatiku masih perih mengingat hari jadi kita, aku sudah bisa tersenyum menapaki jalanku. Baik-baiklah disana, aku juga akan baik-baik menjagamu di hatiku. Selamat tanggal 30, Ju!
July 30th-2
      Hari ini aku kembali men-cover jalan-jalan yang sering kita lalui dulu sambil menghapus ‘kita’ di setiap poinnya. Aku memang menggunakan cara itu untuk mengurasi pedih yang berdentum setiap melewati sebuah jalan yang dulu kita lalui. Aku menemukan cara itu tanpa sengaja dan kini ku lakukan setiap waktu senggangku, sudah beberapa jalan ku ‘hapus’ dan ku perbaharui dengan ingatanku, tapi tengan sayang, kamu tetap aman di hatiku.
August 30th-2
     Hari ini aku pergi ke tempat yang kita sebut langit. Ini tempat tersulit untuk ku hapus, sepanjang perjalanan tadi saja aku berulangkali membanting setir untuk menghindarinya. Akhirnya aku sampai disini, di tempat yang sama dimana kita selalu menghabiskan waktu melihat matahari dan bintang-bintang. Masih sama semuanya di ‘langit’ jarak pandang yang sama, keramaian yang sama bahkan beberapa orang yang sama yang dulu pernah kita temui disini. Yaah, sayangnya tempat ini bukan tempat pribadi kita sayang, jadinya harus menjadi tempat favorit juga bagi yang lain.
     Aku gagal menghapus tempat ini. aku malah berderai air mata sambil membayangkanmu ada di sampingku saat ini. haha, maaf aku bodoh Ju.
September 30th-2
     4 hari lagi ulangtahunku. aku tidak tau bagaimana harus menjabarkan betapa hari ini menyakitkan buatku. Setelah hampir setahun tanpamu, tiba-tiba kau datang di tengah malam memenuhi permintaanku yang 15 hari lalu kelaparan di tempat pembuanganku. Kau datang dengan wajah yang jauh berbeda dari ingatanku, aku bahkan spontan defensive terhadapmu. Tapi aku akui aku rindu, jadi ketika kau memintaku menyerahkan ciumanku, aku menurutimu. Sungguh bodoh, padahal aku tau, hanya aku yang akan hancur setelah itu. Dan hari inilah buktinya, kau berhasil menumbangkan visi, raga dan pikiranku. Hebat Ju!
October 30th-2
     Aku beridik berulang kali melihatmu di hadapanku. Aku punya respon spontan yang aneh ketika melihatmu sekarang. Ada rasa sesal, benci dan entahlah, seperti tidak nyaman melihatmu di sekelilingku. Aku bahkan bergidik ketika melihat seseorang laki-laki memakai kacamata berada di dekatku, rasanya seperti rindu namun takut sekaligus kesal.
     Aku heran, ketika aku memintamu padaNYA untuk selalu ada, kau menghilang, tapi ketika ku harap kau menghilang, kau beredar! Aneh Ju, tapi bukan berarti perasaanku mulai surut. Kenangan tentangmu sebelum hari ke 15 di September itu mengamankan semua rasaku untukmu. Ya, hatiku masih hangat…
November 30th-2
     WOW! Sudah setahun sejak kepergianmu, aku ingat hari ini di tahun lalu betapa aku hancur. Dan hari ini aku bisa mengenangmu dengan leluasa. Aku berterimakasih pada teman karib ku atas sarannya, aku bisa menunggumu sampai hari itu datang. Aku yakin aku sanggup!
December 30th-2
     Sebuah mimpi menghancurkan penantianku. Setelah ini, apa yang harus aku percaya untuk tetap berpijak di kedua kakiku? Mengapa di ujung akhir tahun perjuanganku harus datang mimpi itu? Apa aku harus berhenti? Baiklah, aku akan berhenti. Mungkin benar, bahwa kau sudah tidak lagi bisa bersamaku. Selamat tinggal Ju
“Taring, terima kasih” Aku mendengar suaramu menggema. Itu suaramu dalam pikiranku ya? Berterimakasih untuk pelepasanku atas penantianku? Baiklah, sama-sama.
“Taring, aku disini” Di sini itu dimana Ju? Aku kan tidak bisa membalikkan bola mataku untuk melihat kedalam pikiranku.
“Taring menolehlah, aku disini”
---------------------------------------------------------oo------------------------------------------------------------------------
     Siapa yang tidak percaya pada sebuah penantian hanyalah orang-orang yang tak percaya pada kekuatan hatinya, aku merasakannya. Ketika sebuah mimpi menghancurkan penantianku, mimpi itu juga yang menyelesaikannya dengan indah. Akhirnya kamu memintaku kembali, berada di sisimu dan menetap disini selamanya. Kau bilang bahwa aku hanya di uji saat menunggumu, tapi kau juga di uji dengan meninggalkanku, karna di tempatmu kau berkerja keras untuk melayakkan diri dan membangun kembali ‘kita’. Tanpaku, kamu bisa lebih fokus katamu, sehingga hari ini terjadi, hari dimana bukan lagi tanggal 30 yang akan membahagiakan, tetapi setiap harinya.
     Kau bahkan mengakui bahwa berat menjaga hati ketika tak ada lagi semuah nama di atas hubungan yang kau sendiri putuskan talinya, begitu juga bagiku. Tapi kini langit abu telah berganti menjadi pelangi, karena kau telah pulang. Kau telah kembali menempati singgasanamu di hati ini, merengkuhnya dengan segenap perasaan dan merantainya bersama hatimu. Terimakasih Ju, untuk setidap detik yang berharga, untuk setiap momen yang bagai hujan bunga di dalam hatiku. Terimakasih untuk setiap… setiap tanggal 30 yang selalu berarti untukku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar