February 30th-2
Aku menghabiskan waktuku dengan airmata. Aku
harus mulai melangkah, tapi kenangan akan wajahmu membuatku takut. Aku takut
kepada setiap desir angin yang terdengar seperti suaramu. Aku takut kepada
setiap bias cahaya yang membentuk siluet tubuhmu. Aku takut pada tawa renyah
orang-orang di sekitarku yang menyerupai tawamu, bahkan aku menyadari bahwa aku
takut pada pikiranku sendir. Aku takut pada sang malam, pada sang pagi dimana
merupakan waktu yang riskan untuk mengingatmu.
24 jam mulai menjadi sebuah masalah
bagiku, menjadi waktu yang panjang dimana kamu menyiksaku dengan kenangan. Ponsel
yang berderit-derit itu pun tak sanggup ku tengok, karna ketika melihatnya,
ingatan bahwa ponsel itu benda ‘kita’ menyeruak menembus dinding-dinding
pikiranku dan menyayatnya.
March 30th-2
Aku mulai bisa membatasi pikiranku
tentangmu dengan menjauhi hal-hal yang berhubungan dengan kita. Tapi jujur saja
aku lelah, karna hanya untuk pergi ke kantor aku harus terus menekan jantungku
demi mengurangi debarannya. Suatu kebetulan mungkin, kantorku kini berada di
belakang jalan kantormu dulu. Yang dulu selalu ku lalui bersamamu untuk
mengantar dan menjemputmu setiap hari. Terbayang saat ini seakan di sebelahku
ada ‘kita’ yang sedang berangkulan di tengah teriknya siang atau dinginnya
malam, membuatku merind… ah. Kata apa itu? Aku sudah membuangnya dari
pikiranku.
April 30th-2
Namanya Reza dan ia sedang menemaniku
menghabiskan sebuah hari yang aku yakin nantinya akan membunuhku. Aku tak tau
mengapa tanggal ini malah membawa kepedihan bagiku, padahal aku sudah
menetapkan akan melupakanmu dan berbahagia dengan hidupku. Apakah ini teguran
dari ikrarku untuk menunggumu? Tapi aku juga ingin bahagia, ingin di sayangi,
ingin di perhatikan!
Tunggu! Aku rasa ini memang harga yang
harus ku bayar dalam menantimu. Aku memiliki hal-hal itu ketika bersamamu tapi
aku menyia-nyiakannya, jadi sekarang aku akan berjuang untuk hal itu kembali. Tenanglah
Ju, aku sudah kembali pada ikrarku. Aku
akan menantimu sampai waktu yang memungkinkan untuk memintamu kembali. Hei! Ada
perasaan lega di hatiku.
May 30th-2
Aku berderai air mata sambil menggenggam
ponselku erat-erat. Maafkan aku Ju,
tiba-tiba saja aku harus mengingkari janjiku menunggu dalam diam dan memintamu
kembali sekarang. Aku hanya… hanya tidak mampu membendung rinduku padamu. Maaf,
kau tak perlu menembakiku dengan kata-kata yang merendahkanku seperti itu. Aku tau
aku hina, sampai-sampai memintamu dengan seenaknya untuk kembali, tapi… maaf Ju, maaf… aku tak punya alasan, aku
hanya sekedar merindukanmu di tanggal ini.
June 30th-2
Apa
kabarmu disana Ju? Akhirnya aku mampu
kembali dalam penantian diamku untukmu. Walaupun kini hatiku masih perih
mengingat hari jadi kita, aku sudah bisa tersenyum menapaki jalanku. Baik-baiklah
disana, aku juga akan baik-baik menjagamu di hatiku. Selamat tanggal 30, Ju!
July 30th-2
Hari ini aku kembali men-cover jalan-jalan
yang sering kita lalui dulu sambil menghapus ‘kita’ di setiap poinnya. Aku memang
menggunakan cara itu untuk mengurasi pedih yang berdentum setiap melewati
sebuah jalan yang dulu kita lalui. Aku menemukan cara itu tanpa sengaja dan
kini ku lakukan setiap waktu senggangku, sudah beberapa jalan ku ‘hapus’ dan ku
perbaharui dengan ingatanku, tapi tengan sayang, kamu tetap aman di hatiku.
August
30th-2
Hari
ini aku pergi ke tempat yang kita sebut langit. Ini tempat tersulit untuk ku hapus,
sepanjang perjalanan tadi saja aku berulangkali membanting setir untuk
menghindarinya. Akhirnya aku sampai disini, di tempat yang sama dimana kita
selalu menghabiskan waktu melihat matahari dan bintang-bintang. Masih sama
semuanya di ‘langit’ jarak pandang yang sama, keramaian yang sama bahkan
beberapa orang yang sama yang dulu pernah kita temui disini. Yaah, sayangnya
tempat ini bukan tempat pribadi kita sayang, jadinya harus menjadi tempat
favorit juga bagi yang lain.
Aku gagal
menghapus tempat ini. aku malah berderai air mata sambil membayangkanmu ada di
sampingku saat ini. haha, maaf aku bodoh Ju.
September
30th-2
4 hari
lagi ulangtahunku. aku tidak tau bagaimana harus menjabarkan betapa hari ini
menyakitkan buatku. Setelah hampir setahun tanpamu, tiba-tiba kau datang di
tengah malam memenuhi permintaanku yang 15 hari lalu kelaparan di tempat
pembuanganku. Kau datang dengan wajah yang jauh berbeda dari ingatanku, aku
bahkan spontan defensive terhadapmu. Tapi aku akui aku rindu, jadi ketika kau
memintaku menyerahkan ciumanku, aku menurutimu. Sungguh bodoh, padahal aku tau,
hanya aku yang akan hancur setelah itu. Dan hari inilah buktinya, kau berhasil
menumbangkan visi, raga dan pikiranku. Hebat Ju!
October 30th-2
Aku
beridik berulang kali melihatmu di hadapanku. Aku punya respon spontan yang
aneh ketika melihatmu sekarang. Ada rasa sesal, benci dan entahlah, seperti
tidak nyaman melihatmu di sekelilingku. Aku bahkan bergidik ketika melihat
seseorang laki-laki memakai kacamata berada di dekatku, rasanya seperti rindu
namun takut sekaligus kesal.
Aku heran,
ketika aku memintamu padaNYA untuk selalu ada, kau menghilang, tapi ketika ku
harap kau menghilang, kau beredar! Aneh Ju,
tapi bukan berarti perasaanku mulai surut. Kenangan tentangmu sebelum hari ke
15 di September itu mengamankan semua rasaku untukmu. Ya, hatiku masih hangat…
November
30th-2
WOW! Sudah setahun sejak kepergianmu, aku
ingat hari ini di tahun lalu betapa aku hancur. Dan hari ini aku bisa
mengenangmu dengan leluasa. Aku berterimakasih pada teman karib ku atas
sarannya, aku bisa menunggumu sampai hari itu datang. Aku yakin aku sanggup!
December
30th-2
Sebuah
mimpi menghancurkan penantianku. Setelah ini, apa yang harus aku percaya untuk
tetap berpijak di kedua kakiku? Mengapa di ujung akhir tahun perjuanganku harus
datang mimpi itu? Apa aku harus berhenti? Baiklah, aku akan berhenti. Mungkin benar,
bahwa kau sudah tidak lagi bisa bersamaku. Selamat tinggal Ju
“Taring, terima kasih” Aku mendengar suaramu
menggema. Itu suaramu dalam pikiranku ya? Berterimakasih untuk pelepasanku atas
penantianku? Baiklah, sama-sama.
“Taring, aku disini” Di sini itu dimana Ju? Aku kan
tidak bisa membalikkan bola mataku untuk melihat kedalam pikiranku.
“Taring menolehlah, aku disini”
---------------------------------------------------------oo------------------------------------------------------------------------
Siapa
yang tidak percaya pada sebuah penantian hanyalah orang-orang yang tak percaya pada kekuatan hatinya, aku merasakannya. Ketika sebuah mimpi menghancurkan penantianku,
mimpi itu juga yang menyelesaikannya dengan indah. Akhirnya kamu memintaku
kembali, berada di sisimu dan menetap disini selamanya. Kau bilang bahwa aku
hanya di uji saat menunggumu, tapi kau juga di uji dengan meninggalkanku, karna
di tempatmu kau berkerja keras untuk melayakkan diri dan membangun kembali ‘kita’.
Tanpaku, kamu bisa lebih fokus katamu, sehingga hari ini terjadi, hari dimana
bukan lagi tanggal 30 yang akan membahagiakan, tetapi setiap harinya.
Kau
bahkan mengakui bahwa berat menjaga hati ketika tak ada lagi semuah nama di
atas hubungan yang kau sendiri putuskan talinya, begitu juga bagiku. Tapi kini
langit abu telah berganti menjadi pelangi, karena kau telah pulang. Kau telah
kembali menempati singgasanamu di hati ini, merengkuhnya dengan segenap
perasaan dan merantainya bersama hatimu. Terimakasih Ju, untuk setidap detik yang berharga, untuk setiap momen yang
bagai hujan bunga di dalam hatiku. Terimakasih untuk setiap… setiap tanggal 30
yang selalu berarti untukku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar